TNT NEWS Umat Buddha di dunia ini sungguh unik, mengapa demikian? Umumnya orang sibuk mempersiapkan penyambutan Tahun Baru dengan memanggang daging, makan-makan, serta menghabiskan waktu bersama keluarga, saudara, ataupun teman. Namun umat Buddha sibuk mempersiapakan diri, menenangkan batin dengan bermeditasi, atau melakukan fangshen (melepaskan hewan ke alam seperti burung atau ikan).
Sebagian orang berpikir bahwa umat buddha ini lucu, hewan yang seharusnya bisa dinikmati pada malam tahun baru malah dilepaskan, apakah tidak sayang? Kita sebagai umat Buddha harus menjawab pertanyaan itu dengan bangga dan tegas, sayang! karena kita sayang dengan makhluk-makhluk tersebut maka kewajiban kita adalah melepasnya ke alam bebas, agar mereka menikmati kebahagian yang sesungguhnya.
Buddha Gotama mengajarkan dalam Karanīya Mettā Sutta dengan syair: “Bagaikan seorang ibu yang mempertaruhkan jiwanya, melindungi anaknya yang tunggal, demikianlah terhadap semua makhluk, dipancarkannya pikiran (kasih sayangnya) tanpa batas”. Ajaran ini dapat kita teladani agar selalu menyayangi semua makhluk tanpa terkecuali.
Berdasarkan petikan Karanīya Mettā Sutta umat Buddha dapat menanamkan pada diri bahwa semua makhluk memiliki hak yang sama untuk hidup dan bahagia. Banyaknya umat Buddha yang sadar akan hal itu, akan menimbulkan kebiasaan sehingga dapat menjadi budaya, di mana setiap Tahun Baru umat Buddha selalu melakukan fangshen, ini merupakan salah satu kegiatan peningkatan kualitas batin, sehingga patut dilakukan pada malam tahun baru sebagai awal yang baik.
Hari Metta merupakan salah satu perayaan dalam agama Buddha yang diperingati pada setiap tanggal 1 Januari. Kata “Metta” berasal dari Bahasa Pali yang berarti cinta kasih tanpa pamrih atau niat baik terhadap semua makhluk tanpa diskriminasi. Hari Metta biasanya dirayakan sebagai momen untuk memperkuat niat baik dan kebajikan dalam kehidupan sehari-hari. Metta adalah salah satu dari empat sifat luhur Buddha “Brahmavihara”, yang seharusnya dikembangkan oleh semua umat bahkan semua manusia.
Keempat sifat luhur Buddha tersebut adalah: (1) Metta (cinta kasih tanpa syarat); (2) Karuna (welas asih); (3) Mudita (simpati atas kebahagiaan orang lain); (4) Upekkha (keseimbangan batin). Hari Metta dirayakan untuk mengingatkan umat Buddha akan pentingnya mempraktikkan cinta kasih dalam pikiran, ucapan, dan perbuatan. Hal ini sejalan dengan ajaran Buddha yang menekankan pada pembebasan dari penderitaan melalui pengembangan kebajikan.
Rangkaian kegiatan perayaan Hari Metta tidak selalu sama, dapat berbeda pada setiap tradisi dan komunitas Buddha, tetapi beberapa kegiatan yang umum dilakukan meliputi: (1) Puja bakti, merupakan salah satu kegiatan yang wajib dilksanakan dalam segala bentuk perayaan keagamaan; (2) Meditasi Metta Bhavana, umat Buddha biasanya melakukan meditasi khusus yang bertujuan untuk mengembangkan cinta kasih kepada diri sendiri, orang terdekat, orang netral, hingga kepada mereka yang dianggap sulit atau bermusuhan, serta makhluk hidup lainnya.
(3) Fangshen adalah kegiatan opsional atau tambahan, yang merupakan salah satu bentuk implementasi dari puja bakti dan pengembangan cinta kasih kepada semua makhluk, dengan melepaskan makhluk hidup ke alam yang semestinya, hewan yang biasa dilepaskan adalah burung dan ikan; (4) Atthasila merupakan salah satu kegiatan baik yang dapat dilakukan dalam menyambut tahun baru, yaitu dengan meningkatkan sila dalam diri.
Pada Hari Metta umat Buddha juga dapat memanfaatkannya sebagai momen untuk melakukan aksi nyata dalam memaknai arti kata Metta dengan mengunjungi panti asuhan, panti jompo, atau memberikan bantuan kepada orang-orang yang kurang beruntung. Dalam dunia yang penuh dengan konflik dan ketidakadilan, Hari Metta menjadi pengingat bagi semua orang untuk berusaha menciptakan perdamaian yang dapat dimulai dari diri sendiri.
Praktik cinta kasih ini tidak hanya bermanfaat bagi orang lain, tetapi juga bagi diri sendiri karena membantu mengurangi sifat-sifat buruk seperti kebencian, kemarahan, maupun keserakahan. Hari Metta memiliki pesan universal, nilai-nilai cinta kasih dan welas asih dapat diterapkan oleh siapa saja tanpa memandang latar belakang agama atau budaya.
Jadikan momen penting ini untuk merenungkan, merayakan, dan mempraktikkan cinta kasih tanpa pamrih kepada semua makhluk, dengan melibatkan diri dalam ritual dan tradisi yang menguatkan nilai-nilai ini, umat Buddha berkontribusi dalam menciptakan dunia yang lebih penuh kasih dan damai. Semoga semangat Hari Metta menjadi inspirasi bagi kita semua untuk hidup dengan hati yang lebih terbuka dan penuh cinta kasih.
Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Semoga semua makhluk hidup berbahagia
Sadhu… Sadhu… Sadhu…
Triyo Wibowo, S.Pd.B (Penyuluh Agama Buddha Provinsi Maluku)