banner 728x250

Doa Profetik 2025: Menyingkap Keberanian di Petra

banner 120x600
Img 20250314 Wa0072

Petra, Yordania-Petra, kota batu yang menyimpan jejak peradaban kuno, menjadi saksi bagi sebuah peristiwa rohani yang penuh makna. Pada Senin, 10 Februari 2025, rombongan peziarah yang dipimpin oleh Gembala Rumondang Sitompul menggelar Doa Profetik 2025, menelusuri lorong-lorong sejarah dengan seruan iman yang menggema di antara tebing-tebing merah.

Img 20250220 Wa0037

Dari Aqaba, para peserta berjalan menyusuri pegunungan padang gurun dengan suhu yang menusuk, mencapai enam derajat Celsius. Sisa-sisa salju masih menempel di beberapa sudut batu, menambah kesan dramatis perjalanan ini. Dengan langkah teguh, mereka menuju Petra, sebuah situs megah yang dahulu menjadi pusat perdagangan bangsa Nabatea, kini menjadi tempat perenungan mendalam akan kuasa dan kebesaran YHVH.

Di jantung Petra, doa-doa profetik dikumandangkan, mengubah ketakutan menjadi keberanian. Nama Amon—simbol perbatasan dan ketakutan—dideklarasikan untuk dihancurkan, digantikan dengan keberanian dalam nama YAHShua Hamashiakh. Petra, yang pernah menjadi lambang kegagalan dan keterasingan, kini dipandang sebagai simbol keberhasilan yang diteguhkan oleh YHVH.

Di tengah keheningan bebatuan berusia ribuan tahun, seruan profetik terus bergema. Makam-makam yang dulu menjadi saksi kematian kini ditolak di dalam nama YAHShua Hamashiakh sebagai simbol ketakutan menjadi jalan keberanian. Roh-roh yang bukan berasal dari YHVH tidak lagi berhak mengintimidasi mereka yang telah ditebus. Keagungan kuil-kuil di Petra dipandang sebagai peninggalan penyembahan yang tak mengenal Sang Pencipta, mengingatkan bahwa hanya nama YHVH yang layak ditinggikan.

Salah satu pemandangan yang menggetarkan adalah saluran air yang dahulu menjadi lambang kejayaan Petra. Kini, puing-puingnya mengajarkan bahwa tanpa jejak sejarah yang bermakna, kejayaan hanya akan menjadi debu yang tertiup waktu. Doa profetik ini menjadi penanda bahwa iman harus terus diregenerasikan, diwariskan, dan dicatat sebagai bagian dari perjalanan rohani bagi generasi yang akan datang.

 

Petra: Kota yang Bangkit dari Keterlupaan

Dibangun oleh bangsa Nabatea pada abad ke-4 SM, Petra berkembang menjadi pusat perdagangan yang makmur. Bangsa ini dikenal sebagai arsitek ulung yang mampu mengukir bangunan megah langsung dari batuan pasir merah. Saluran irigasi canggih mereka memungkinkan kota ini bertahan di tengah gurun yang keras.

Namun, setelah mencapai puncak kejayaan pada abad ke-1 M sebagai ibu kota Kerajaan Nabatea, Petra mulai mengalami kemunduran. Kekaisaran Romawi menguasainya pada tahun 106 M, dan gempa bumi besar pada abad ke-7 M semakin mempercepat kehancurannya. Kota ini akhirnya ditinggalkan dan terlupakan hingga ditemukan kembali oleh penjelajah Swiss Johann Ludwig Burckhardt pada tahun 1812.

Beberapa sejarawan dan teolog meyakini bahwa Petra mungkin pernah menjadi salah satu tempat persinggahan bangsa Israel dalam perjalanan mereka keluar dari Mesir menuju Tanah Perjanjian. Bentuk geografisnya yang unik, dengan tebing-tebing tinggi dan lorong-lorong sempit, berpotensi memberikan perlindungan alami bagi bangsa yang sedang mengembara.

Hari ini, Petra bukan hanya menjadi situs sejarah dunia, tetapi juga tempat bagi perjalanan iman yang mendalam. Doa Profetik 2025 di Petra menjadi simbol kebangkitan iman, keberanian yang diperbaharui, dan keyakinan bahwa di setiap celah kehidupan, YHVH selalu menyediakan jalan.

Img 20250318 Wa0041
Img 20250220 Wa0037

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *