banner 728x250

CERMATI GANGGUAN KEJIWAAN KAUM BIAWAK

By: Inas N Zubir

banner 120x600

TNT NEWS Mengapa harus takut atau marah kepada orang-orang yang mendukung Jokowi dan Gibran? Bahkan, para haters alias kaum biawak, sering banget nyebut pendukung Jokowi Gibran dengan julukan “ternak mulyono.” Tapi, ada apa sih dengan dukungan kepada pemimpin yang mereka anggap terbaik dalam sejarah Indonesia?

Istilah “ternak mulyono” itu merujuk pada orang atau kelompok yang berusaha cari perhatian atau pengakuan, berharap dapet imbalan atau keuntungan. Nah, pertanyaannya, apakah 80% rakyat Indonesia yang kasih approval rating buat Jokowi juga termasuk “ternak mulyono” yang pengen sesuatu sebagai imbalan? kek-nya nggak banget deh!

Img 20250220 Wa0037

Dalam konteks sosial dan politik, penting banget buat kita menganalisis motivasi di balik tuduhan “ternak mulyono” dari kaum yang disebut biawak ini. Biawak, atau dalam bahasa Latin Varanus salvadorii, emang reptil yang nggak berbisa, tapi terkenal dengan mulutnya yang berbahaya karena penuh virus dan bakteri.

Sama halnya, kaum biawak ini sering ngeluarin pernyataan yang penuh hujatan dan caci maki terhadap orang-orang yang berbeda pandangan politik. Lewat mulutnya yang “busuk,” mereka nyebar hujatan yang destruktif, yang justru bisa merusak kesehatan mental mereka sendiri.

Makanya, penting untuk menggali lebih dalam perilaku kaum biawak ini dan motivasi di balik hujatan mereka. Apakah ini mencerminkan ketidakpuasan, emosi dan kemarahan semata?, atau cuma usaha buat mendiskreditkan pendukung yang punya pandangan berbeda? Memahami latar belakang dan motivasi ini bisa bantu kita lebih bijak dalam menyikapi perilaku kaum biawak.

Emosi dan kemarahan para pembenci Jokowi dan Gibran, alias kaum Biawak, sering kali jadi cerminan kekecewaan yang dalem banget. Kekecewaan ini muncul setelah kekalahan kandidat mereka di Pilpres 2024, bikin mereka gerah dan susah move on. Akibatnya, perasaan terluka ini sering tumpah dalam bentuk hujatan dan cacian di media sosial.

Tapi, dukungan kepada Jokowi dan Gibran bukan berarti mereka mengabaikan kritik atau acuh tak acuh sama isu-isu yang ada. Rakyat yang bela mereka berdua biasanya ngeliat keberhasilan dan usaha yang udah dilakukan, dan mereka percaya kritik yang membangun jauh lebih efektif daripada cuma nyebar hujatan.

Kesulitan untuk move on setelah kekalahan bisa berdampak serius pada kesehatan mental, mulai dari gejala ringan kayak kecemasan, skizofrenia dan insomnia, sampai yang lebih berat kayak depresi dan kelelahan emosional. Kalau dibiarkan, ini bisa berujung pada gangguan jiwa yang parah, kayak skizofrenia.

Jadi, buat bisa move on, penting banget buat semua pihak nyadar bahwa perbedaan pendapat dalam demokrasi itu hal biasa. Yang nggak biasa itu kalau perbedaan itu disertai dengan hujatan dan cacian. Yuk, kita semua berusaha bikin ruang diskusi yang lebih sehat, hargai pendapat orang lain, dan cari solusi bareng, daripada terjebak dalam siklus kebencian yang cuma bikin keadaan makin buruk.[÷]

Img 20250327 Wa0101
Img 20250327 Wa0106

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *